Tuan Guru Bajang, KH Muhammad Zainul Majdi adalah tokoh muda yang sedang digadang-gadang sebagai Presiden Republik Indonesia 2019 ini. Bahkan Ustad Abdul Somad (UAS) secara terang-terangan mendukung TGB M Zainul Majdi yang juga seniornya di Universitas Al-Azhar, Mesir itu sebagai calon presiden. Ia tidak menyebut calon lain seperti Jokowi maupun Prabowo yang menurut hasil survey beberapa lembaga menempati posisi puncak. Di berbagai kesempatan mengisi tausyiah, Ustad Somad selalu “mempromosikan” dukungannya terhadap Gubernur NTB itu untuk maju dalam kentestasi Pilpres 2019. Menurut UAS, TGB adalah sosok mumpuni dalam memimpin bangsa Indonesia kedepan melihat dari rekam jejaknya dalam membangun NTB.
"Kita
mengenal orang ini sebagai Tuan Guru Bajang, doktor tafsir hadis dari Al Azhar
Mesir, sekarang ketua Ikatan Alumni Al Azhar Indonesia. Hapal Alquran, 30 juz
di kepala, ulama ahlus sunnah wal jamaah. Insya Allah jadi calon wakil
presiden," ujar UAS dalam rekaman videonya.
Seperti UAS, TGB juga merupakan jebolan Al
Azhar Mesir dan berhasil menyelesaikan gelar doktor untuk tafsir hadis. TGB
dinilai sukses sebagai Gubernur NTB selama dua periode, mulai dari pengentasan
kemiskinan, membangun ekonomi, membangun budaya, hingga menjadi tokoh di balik
rencana konversi Bank NTB menjadi bank syariah.Ustaz Somad mengatakan, tindakan TGB mengubah Bank NTB menjadi bank syariah merupakan bukti jika dia begitu peduli dengan sistem ekonomi yang adil dan peduli umat. Kata Ustaz Somad, ada dua bank pembangunan daerah yang masuk program konversi ke syariah, yakni Bank Aceh dan Bank NTB. "Ini tentu hasil perjuangan umat Islam," kata Ustaz Somad.
Tuan Guru Bajang adalah panggilan masyarakat sasak
terhadap ulama muda seperti Tuan Guru DR. KH Muhammad Zainul Majdi, ia adalah
ulama sekaligus pemimpin provinsi Nusa Tenggara Barat dua periode, 2008-2013
dan 2013-2018.
Biodata Singkat TGB
Lahir di Pancor, Lombok Timur pada 31 Mei 1972. Dia
adalah cucu dari ulama paling kharismatik di Nusa Tenggara Barat, khususnya di
tanah Lombok sekaligus Pahlawan Nasional RI Maulanasyaikh TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid.
Sang kakek Maulana Syekh Tuan Guru Haji M. Zainuddin
Abdul Madjid adalah pendiri Nahdlatul Wathan (NW) ormas Islam terbesar di NTB.
Kapasitas keulamaan sang kakek bukan hanya kaliber
daerah saja, melalui kitab-kitab karyanya, Tuan Guru Pancor juga menjadi ulama
yang dihormati oleh ulama Mekkah.
Selain darah ulama, darah kepemimpinan juga menurun
dari ayahnya yang adalah seorang birokrat Pemda NTB. Zainul Majdi adalah
keturunan dari pasangan HM Djalaluddin SH dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul
Madjid.
Sebagai keluarga ulama, pendidikan Zainul Majdi
tidak lepas dari pendidikan agama yang menjadi prioritas utama. Selain belajar
dari sang kakek dan ulama NW lain, Zainul kecil juga belajar formal di di SDN 3
Mataram.
Ia lalu melanjutkan pendidikannya di Madrasah
Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor dan Madrasah Aliyah di yayasan
yang sama.
Lulus dari Madrasah Aliyah (Tingkat SMA) Zainul
mulai menunjukkan kapasitas dan minatnya kepada ilmu Agama semakin dalam. Ia
memilih untuk memperdalam Islam di tanah Mesir di Univeristas Al Azhar.
Hebatnya, sebelum memasuki perguruan tinggi, Zainul
muda sudah menuntaskan hafalan 30 juz Alquran di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits
Nahdlatul Wathan Pancor selama setahun (1991-1992).
Kemudian pada tahun 1992, Zainul muda berangkat ke
Mesir untuk memperdalam ilmunya di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan
Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar Kairo.
Lulus setingkat S1 pada tahun 1996, Zainul memilih
melanjutkan pendidikannya ke jenjang master. Lima tahun berikutnya, ia meraih
Master of Art (M.A.) dengan predikat Jayyid Jiddan.
Tidak tanggung-tanggung dalam menimba ilmu, Tuan
Guru Bajang terus meningkatkan keilmuannya dengan melanjutkan program S3 doktor
di bidang yang sama.
Pada 8 Januari 2011, dalam sidang ujian oleh Dosen
Penguji Prof. Dr. Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof. Dr . Al-Muhammady
Abdurrahman Abdullah Ats-Tsuluts, Tuan Guru Bajang lulus dengan predikat
Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa Cumlaude.
Prestasi TGB tidak hanya diakui oleh para guru tapi juga teman
seperjuangannya, adalah Muhlis Hanafi, dosen UIN Jakarta dan anggota badan
pentashih Al-Qur’an pusat dan Dr. M. Said Ghazali, dosen IAIH Pancor dan IAIN
Mataram. Keduanya sahabat karib TGB di Mesir. Saat TGB mengambil Magister di
Al-Azhar jurusan Tafsir Al-Qur’an, tahun pertama (fashlul awwal) jumlah
mahasiswa yang diterima 40 orang.
Setiap kenaikan tingkat diadakan semester, hanya yang nilainya bagus
saja yang lulus. Ternyata pada tahun kedua atau fashlu atsani tidak ada yang
lulus, kecuali hanya seorang, yaitu TGB. Akhirnya hingga menggondol gelar S2,
beliau hanya belajar 4 mata dengan para dosennya, karena hanya TGB seorang yang
tersisa di kelas itu.
Gelar doktor ilmu tafsir pun berhasil diraihnya. Di sela-sela
kesibukannya sebagai Gubernur, ia berhasil menyelesaikan disertasinya tentang
studi filologi atas Tafsir Ibnu Kamal Basya dari surat An-Naml hingga surat
As-Shaffat. Disertasi itu meliputi editing naskah manuskrip yang ditulis abad
10 H, memberi kritik, komentar, dan analisis metode penafsiran.
Oleh pengujinya yang terdiri dari pakar Tafsir kelas dunia, ia
dianugerahi Martabah Syaraf Al-Ula atau Summa Cumlaude dengan merekomendasikan
risetnya untuk dicetak dan disebarluaskan ke dunia Islam atas biaya Al-Azhar.
Keunggulan intelektual TGB memang sudah tercium sejak masih belajar di
Pancor. Zainul Majdi muda sering menghabiskan waktu di toko buku dan rajin pula
menyetor hafalan di rumah Syaikh Jum’ah Al-Misry, seorang masyaikh Ma’had DQH
NW Pancor asal Mesir di awal tahun 90-an.
Bahkan, menurut cerita para guru senior di Muallimin, almamater penulis,
terkadang TGB ketiduran di kelas saat guru sedang menerangkan. Namun, saat dia
ditanya materi yang disampaikan saat itu, dia selalu bisa menjawab dengan
jawaban yang memuaskan. Zainul Majdi adalah primadona dan buah bibir secara
turun menurun di madrasah Muallimin Pancor hingga kini.
Menjadi ketua PBNW Pancor
Kondisi memprihatinkan dialami oleh Nahdlatun Wathan
dengan dualisme kepemimpinan semenjak tahun 1997. Perpecahan dalam kepengurusan
pusat NW terjadi karena perbedaan pandangan tentang kepemimpinan wanita Hj Siti
Raehanun Zainuddin Abul Majid sebagai pemimpin ormas Islam.
Dalam Muktamar X Praya Lombok Tengah yang memilih Hj
Siti Raehanun Zainuddin Abul Majid, sebagian peserta menolak kepemimpinan
beliau dan memilih walk out. Selanjutnya kubu yang menolak mendirikan
kepengurusan sendiri yang dikenal dengan PBNW Pancor.
Dari kepengurusan PBNW Pancor inilah Tuan Guru
Zainul terpilih sebagai ketua umum pada tahun 2007, mengingat kapasitas ilmunya
yang mendalam dalam agama Islam.
Dalam kepemimpinan Tuan Guru Bajang, sudah beberapa
kali dia mengupayakan ishlah dengan PBNW Anjani pimpinan bibinya. Tahun 2010
keduanya sempat bersatu dalam kontestasi Pilkada, namun dalam kepengurusan
sampai sekarang belum ada titik temu.
Terjun ke Dunia Politik
Tidak terpikirkan bagi seorang ulama seperti Tuan
Guru Bajang menjalani karir politik. Semuanya berawal karena hubungan akrab
dengan tokoh reformis Yusril Ihza Mahendra yang mengajaknya maju sebagai
anggota DPR-RI dari Partai Bulan Bintang.
Tuan Guru pun terpilih sebagai anggota legislatif periode
2004-2009. Belum genap dalam masa jabatannya, tantangan untuk memimpin lebih
tinggi menghampirinya.
Banyak calon yang ingin meminangnnya sebagai calon
wakil gubernur, Yusril Ihza Mahendra justru meyakinkan beliau untuk maju
sebagai calon gubernur NTB. Diusung PBB dan PKS Tuan Guru Bajang sukses
terpilih menjadi gubernur NTB periode 2008-2013.
Pilihannya masuk ke dalam politik bukan tanpa
alasan. Menurutnya dalam pengalamannya selama berdakwah, banyak sisi dakwah
yang tidak bisa disentuh dengan kultural saja, tapi harus secara sistem melalui
struktur politik.
Tuan Guru yang sangat concern dengan pendidikan,
juga bercita-cita untuk memajukan pendidikan di NTB dan juga menggratiskan
pendidikan di sana.
Terpilih Kembali
TGB terpilih kembali sebagai gubernur NTB pada
periode 2013-2018. TGB adalah gubernur termuda dengan usianya yang menginjak 36
tahun pada saat dilantik sebagai gubernur NTB. Walaupun muda usianya, namun
sejumlah prestasi kepemimpinan sudah banyak tampak di permukaan.
Tahun 2009 beliau menerima Lencana Ksatria Bhakti
Husada Arutala yang merupakan penghargaan atas jasa-jasanya dalam pembangunan
Bidang Kesehatan.
Tahun 2010, Gubernur M. Zainul Majdi menerima
penghargaan The Best Province Tourism Develovment dengan dikukuhnya NTB sebagai
Provinsi Pengembang Pariwisata Terbaik versi ITA di Metro TV. Pariwisata NTB
memang meningkat derastis dalam kepemimpinan Zainul Majdi.
Berkat kemajuan insdustri di NTB, Tuan Guru Bajang
mendapat penghargaan kategori The Best Dedicated Governor in Developing of MICE
Industry.
Lalu terakhir, bersama gubernur Bali, Tuan Guru
Bajang mendapat penghargaan Bintang Maha Putra Utama dari Presiden Republik
Indonesia Susilo Bambang Yudoyono karena telah berjasa banyak pada negara.
Pemimpin Sekaligus Ulama’
Sebagai pemimpin yang berlatarbelakang ulama, visi
keislaman tidak pernah tertinggal dalam setiap kebijakannya. Dimulai dari
dirubahnya slogan NTB dari “Bumi Gora” menjadi “Bumi Qur’an”.
Gubernur hafidz ini juga aktif dalam menggiatkan
untuk membumikan Qur’an pada anak-anak melalui pendidikan. Dua anak penghapal
Qur’an dari Gaza Palestina sempat berkunjung kekediaman Tuan Guru untuk saling
berbagi.
Tuan Guru juga aktif dalam dunia keislaman dengan
menghadiri Konferensi Dunia Islam Internasional di Arab Saudi yang
diselenggarakan oleh World Moslem League. Beliau juga menghadiri Konferensi
Ulama Internasional yang diadakan di Situbondo Jawa Timur.
Keluarga
Tuan
Guru Bajang adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin SH, seorang
pensiunan birokrat Pemda NTB dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid. Pada
tahun 1997 Majdi menikah dengan Hj. Robiatul Adawiyah, SE, putri KH. Abdul
Rasyid Abdullah Syafi’i, pemimpin Ponpes As-Syafiiyah, Jakarta. Pernikahan cucu
ulama besar di NTB TGH. KH. Zainuddin Abdul Majid dan cucu ulama besar
kharismatik Betawi itu telah dikaruniai 1 putra dan 3 putri, yaitu Muhammad
Rifki Farabi (10 tahun), Zahwa Nadhira (8 tahun), Fatima Azzahra (4 tahun) dan
Zayda Salima (2 tahun).
Istri TGB saat ini adalah Erica Zainul Majdi dan
telah dikaruniai dua orang putri, Azzadina Johara Majdi dan Khadija Hibbaty Majdi.
Your Affiliate Money Printing Machine is waiting -
BalasHapusAnd making profit with it is as simple as 1...2...3!
Here is how it works...
STEP 1. Tell the system what affiliate products you want to promote
STEP 2. Add PUSH BUTTON TRAFFIC (it takes JUST 2 minutes)
STEP 3. See how the affiliate system grow your list and upsell your affiliate products for you!
Are you ready???
The solution is right here